HIDUP BERKESADARAN di ERA DISRUPSI dan KECERDASAN ARTIFISIAL
Oleh:
Wawan Kardiyanto,M.Ag
(Dosen ISI Surakarta)
“Dunia yang lepas kendali”, kata Anthony Giddens, telah melahirkan kegalauan eksistensial (ontological insecurity).
Stephen Hawking mencemaskan masa depan ras manusia yang terancam punah oleh artificial intelligence.
Mustofa Bisri mengingatkan “agama kini menjadi berhala”.
Mengapa kemajuan sains-teknologi berbalik mengancam eksistensi manusia? Mengapa agama gagal menunaikan misi luhurnya memanusiakan manusia?
Ibn Sina menukas, “Akar masalah bersumber dari manusia yang telah kehilangan kesadaran _wijdāni”_.
Ibn Thufail menulis, “Kita telah membunuh interior kemanusiaan kita sendiri atas nama kalam Tuhan dan sabda alam!” (pesan kitab _Hayy bin Yaqzhan_).
Jalaluddin Rumi menulis, “Sayap cinta kemanusiaan telah kita patahkan dan kini merangkak di kubangan lumpur materialisme”.
Artikel Terkait
Grafotologi membaca karakter orang dengan tulisan tangan
Larangan Konsumsi Daging Anjing, Branding Kota Solo dan Muktamar Muhammadiyah
Pengadaan Alat Kesehatan serta Kontrak Hukumnya di Lingkungan Rumah Sakit
Menakar Problematika Perlindungan Hukum Konsumen E-Commerce
Opini: Strategi Hukum Bagi Pengguna Jasa Konstruksi Akibat Kegagalan Bangunan oleh Penyedia jasa Konstruksi